Jumat, 14 Oktober 2011

laporan silvika


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Dikutip dari Hard Book of Indonesian Forestry (1997). Hutan itu suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks yang terdiri dari pohon, semak, tumbuhan basa, jasad renik tanah dan hewan lainnya, yang satu dengan yang lainnya terikat dalam hubungan ketergantungan. Tetapi bagi orang awam tentang hutan, mereka berasumsi bahwa hutan itu merupkan areal yang ditumbuhi pohon-pohon. Akan tetapi bila seseorang lebih dalam meneliti kedalamannya, maka akan ditemukan banyak perbedaan-perbedaan yang ditemukan. Perbedaan-perbedaan tersebut dinyatakan dalam berbagai cara, tergantung bagimana kita memandangnya, misalnya dalam pengenalan tegakan hutan. Tegakan hutan dapat didefinisikan sebagai unit yang homogen yang dapat dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan disekitar oleh umur, asal, komfensisi, campurtangan manusia, struktur hutannya, klasifikasi pohon serta toleransi pohonnya.
Tidak ada areal yang tetap yang dapat disebut tegakan dan ukuran bisa berubah menurut Intensitas pengolahan oleh karen itu dengan diadakan pengamatan atau penelitian dilapangan kita dapat mengetahui secara langsung apa saja yang telah mmpengaruhi suatu tegakan atau semua organisme yang ada didalam hutan.
B.  Tujuan Praktek
a.   Menentukan tipe hutan yang ada pada area praktek lapangan
b.   Menentukan struktur hutan berdasarkan umur, kelas diameter dan kelas tajuk
c.   Menentukan kelas tajuk pohon dan sketsanya
d.   Menentukan toleransi dari beberapa jenis pohon
C.  Manfaat Praktek
      a.   Kita dapat mengetahui tipe hutan dilapangan, stuktur hutan yang berdasarkan umur, kelas diameter dan kelas tajuk serta kita dpat mengetahui toleransi setiap jenis pohon
      b.   Penulis berharap hasil dari praktikum ini dapat dimanfaatkan oleh instansi yang terkait.

D.  Tinjauan Pustaka
Hutan merupakan suatu ekosistem yang dicirikan oleh penutup pohon yang kurang lebih rapat dan luas ( Ferd – Robinson, 1971 ).
               Kumpulan pohon disebut hutan hanya bila cukup rapt menutup areal yang cukup luas untuk menimbulkan suatu kondisi iklim dan ekologis yang berbeda dengan kondisi luarnya ( Dengler, 1944 ).
               Didalam kesatuan hutan dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan:
a.       Tipe Hutan
      Tipe hutan ini merupakan istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam susunan, jenis dan perkembangannya. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor ekologi tertentu dan terjadi secara alami, kelompok tersebut merupakan asosiasi berbagai jenis pohon yang tumbuh bersama pada suatu daerah tertentu atau kawasan yang luas. Pada umumnya tipe hutan dapat ditetntukan berdasarkan :
1.      Asal
Hutan yang berkembang dari biji disebut hutan tinggi (higt-forest), sedangkan yang berproduksi secara vegetatif dengan tunas pengisap disebut coppice. Hutan dapat terdiri campuran coppice dan standar. Standar adalah pohon yang berasal dari biji atau tunas yang dibiarkan tumbuh selma dua atau lebih rotasi coppice, dan biasanya terlalu besar untuk bertunas dengan baik setelah dipotong.
2.      Umur
Hutan dibedakan menurut umurnya menjadi pertumbuhan tua. Pertumbuhan  tua terutama diwakili oleh areal hutan asli yang berkurang dengan pesat. Tetapi masih merupakan sebagian besar dari kayu yang ditebang di Amerika Serikat bagian barat. Pertumbuhan muda terdiri dari hutan bekas tebangan atau kebakaran yang berada dalam banyak fase pertumbuhan.
3.      Komposisi
Hutan dapat diklasifikasikan berdasarkan atas adanya jenis murni atau campuran. Karena tegakan yang benar-benar murni, jarang ada kecuali di barat, ditempai pinus ponderosa, dan populasi yang mempunyai areal murni sangat luas. Kira-kira 90% dari satu jenis telah dipilih sebagai ciri untuk memisahkan tegakan murni dari tegakan camouran. Bahkan dengan tingkat kemurnian tegakan 90%, seluruh tegakan merupakan campuran dua atau lebih jenis. Tegakan murni juga terdapat pada hutan tanaman atau pada tempat tumbuh yang khusus seperti hutan rawa Picea Mariana. Baik hutan murni maupun campuran dapat berupa tegakan seumur, tidak seumur / segala umur.
4.      Campur tangan manusia
  Hutan yang regenerasinya terjadi secara alami disebut hutan alam,    sedangkan
hutan yang regenerasinya dipengaruhi oleh campur tangan manusia disebut hutan buatan.
b.      Stuktur Hutan
      Strutur tegakan menunjukkan sebaran umur atau kelas diameter dan kelas atau posisi tajuk. Klasifikasi tersebut diurikan sebagai berikut :
Berdasarkan ukuran diameter setinggi dada dan tinggi pohon :
-          Tingkat semai, tinggi sampai dengan 1,5 meter
-          Tingkat pancang tinggi lebih dari 1,5 meter sampai diameter <10 cm
-          Tingkat tiang, diameter 10 cm s/d <20 cm
-          Tingkat pohon kecil diameter 20 cm s/d 50 cm
-          Tingkat pohon besar diameter 50 cm keatas
  1. Klasifikasi Pohon
            Klasifikasi pohon dapat ditentukan berdasarkan tajuk pohon Klasifikasi pohon ( Krof, 1884 ), sehingga dikenal 5 kelas tajuk pohon yaitu :
-          Dominan
Pohon dengan tajuk lebar diatas lapisan tajuk, menerima sinar matahari dari atas dan dari samping.
-          Kodominan
Pohon dengan tajuk besar pada lapisan tajuk, menerima sinar matahari langsung dari atas dan sebagian dari samping. Tajuk agak lebih kecil sedikit dibanding dengan tajuk pohon dominan tetapi kondisi pohon sehat dan tegar.
-          Intermediet
Pohon dengan sebagian besar tajuk dibawah lapisan tajuk terjepit, menerima sebagian sinar matahari dari atas dan sebagian kecil atau tidak menerima cahaya sama sekali dari samping
-          Tertekan
Pohon-pohon dengan tajuk dinaungi pohon-pohon besar dan tidak menerima sinar matahari sepenuhnya baik dari atas maupun bagian samping
-          Pohon Mati
Pohon yang telah mati, yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang disebabkan karena kurangnya mendapat sinar matahari atau karena kalahnya persaingan dengan tanaman lain
d.      Toleransi pohon
      Toleransi adalah reaksi atau tingkat kepekaan suatu jenis pohon terhadap cahaya atau kemampuan suatu jenis pohon terhadap cahaya atau kemampuan suatu jenis pohon untuk tumbuh dan berkembang dibawah tajuk tegakan alam, sehingga dikenal adanya jenis pohon toleran dan jenis pohon intoleran.
Terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan sifat toleransi suatu pohon yaitu :
a.       Kerapatan tajuk
b.      Kerapatan batang
c.       Pemangkasan cabang alami
d.      Jumlah percabangan
e.       Peruncingan batang, dan
f.       Kerapatan tegakan           


                 

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK
A.    Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan di desa Suka Bangun, Gunung Bawang, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Bengkayang pada :
Hari     : Senin - Selasa
Tgl       : 06-07 juni 2011
B.     Objek Praktikum
Objek praktikum kali ini adalah vegetasi hatan tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon, serta kaadaan disekitar hutan.
C. Metode Praktikum
A.    Alat
1.      Kompas
2.      Pita ukur
3.      Tali (50 meter)
4.      Alat tulis menulis
B.     Bahan
1.      Vegetasi yang terdapat pada daerah tersebut.
D. Tahapan Pelaksanaan Praktikum
a.       Buatlah 10 petak berukuran 20m x 20m pada jalur yang panjangnya 125m dengan lebar 20m yaitu 10m kekiri dan 10m kekanan. Arah jalur ditentukan dengan kompas
b.      Pada petak berukuran 20m x 20m, dibuat lagi petak berukuran 10m x 0m untuk tingkat tiang, 5m x 5m untuk tingkat pancang, 2m x 2m untuk tingkat semai
c.       Pada tiap-tiap petak pengamatan tersebut dicatat jenis pohon, jumlah dan diameter, kecuali untuk semai diameter tidak dicatat
d.      Selain pengamatan dan pengukuran, amati jenis-jenis yang ditemukan, dalam petak apakah berasal dari biji atau trubusan                          

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL
1.      Tipe Hutan
a.       Tabel hasil pengukuran vegetasi tingkat Pohon ( 20m x 20m )
No.
Petak
Jenis
Asal
Jumlah
1
Bengkirai
Meranti
Malaban
X
Biji
Biji
Biji
Biji
1
2
1
5
2
 Kayu Malam
Biji
1
3
Malaban
Mentibu
Meranti
X
Biji
Biji
Biji
Biji
2
2
1
1
4
Malaban
Bengkirai
Meranti  
Biji
Biji
Biji
2
2
1
5
Bengkirai
Malaban
Biji
Biji
1
2
6
Petai hutan
Meranti
Biji
Biji
1
1
7
Benkirai
Malaban
Biji
Biji
1
1
8
Bengkirai
Meranti  
Biji
Biji
1
2
9
Bengkirai
Meranti
Biji
Biji
2
1
10
Bengkirai
Malaban
Meranti  
Biji
Biji
Biji
2
1
2

b.      Tabel hasil pengukuran vegetasi tingkat Tiang ( 10m x 10m)
No.
Petak
Jenis
Asal
Jumlah
1
Meranti
Bengkirai
Mentibu
Biji
Biji
Biji
4
6
6
2
Malaban
Bengkirai
Meranti
Biji
Biji
Biji
7
9
7
3
Bengkirai
Meranti
Malaban
Biji
Biji
Biji
8
7
5
4
Malaban
Bengkirai
Biji
Biji
4
9
5
Malaban
Bengkirai
Meranti
Biji
Biji
Biji
5
8
6
6
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
Biji
6
4
8
3
7
Malaban
Bengkirai
Biji
Biji
7
9
8
Bengkirai
Meranti
Malaban
Biji
Biji
Biji
8
7
5
9
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
Biji
6
4
8
10
10
X
Malaban
Bengkirai
Biji
Biji
Biji
6
8
9

c.       Tabel hasil pengukuran vegetasi tingkat Pancang ( 5m x 5m )
No.
Petak
Jenis Pohon
Asal
Jumlah
1
Bengkirai
Meranti
Malaban
X 1
X2
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
7
9
6
5
8
2
Bengkirai
Meranti
Malaban
X1
X2
X3
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
7
9
6
7
4
8
3
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
Biji
5
4
7
9
4
Bengkirai
Malaban
Biji
Biji
7
8
5
Bengkirai
Meranti
Malaban
Biji
Biji
Biji
8
9
5
6
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Petai hutan
X
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
8
9
5
10
9
13
7
Bengkirai
Meranti
Biji
Biji
9
10
8
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
Biji
9
6
8
6
9
Bengkirai
Malaban
Meranti
Biji
Biji
Biji
8
9
8
10
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
14
9
10
     




d.   Tabel hasil pengukuran vegetasi tingkat Semai ( 2m x 2m )        
No.
Petak
Jenis Pohon
Asal
Jumlah
1
X1
X2
X3
X4
Biji
Biji
Biji
Biji
10
13
7
12
2
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
X1
X2
X3
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
12
9
6
10
13
9
8
3
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
Biji
14
10
7
9
4
X1
X2
X3
Malaban
Biji
Biji
Biji
Biji
10
7
6
15
5
Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
Biji
7
13
9
8
6
X1
X2
X3
Biji
Biji
Biji
12
110
8
7
 Bengkirai
Meranti
Malaban
Mentibu
Biji
Biji
Biji
Biji
9
6
4
10
8
 Bengkirai
Meranti
Malaban
Biji
Biji
Biji
9
8
14
9
Bengkirai
Meranti
Biji
Biji
9
14
10
Bengkirai
Meranti
X1
X2  
Biji
Biji
Biji
Biji
7
15
9
5



  1. Klasifikasi Pohon
a.      Pohon
No
Petak
Nama Pohon
Tajuk
Diameter
(Cm)
Tinggi
( M )
1
2
3
4
I
Bengkirai
Meranti
Malaban
X
Kodominan
Dominan
Dominan
Dominan
27,70
22,30
111,46
100,63

5
II
Kayu Malam
Kodominan
35,62

6
7
8
9
III
Malaban
Mentibu
Meranti
X
Kodominan
Kodominan
Kodominan
Kodominan
22,30
38,22
43,95
22,45

10
11
12
IV
Malaban
Bengkirai
Meranti
Kodominan
Kodominan
Kodominan
31,21
78,02
24,20

13
14
V
Bengkirai
Malaban
Kodominan
Kodominan
31,85
30,2

24
25
VI
Petai hutan
Meranti
Kodominan
Intermediet
23,88
21,02

26
27
VII
Bengkirai
Malaban
Dominan
kodominan
44,58
21,00

28
29
30
VIII
Bengkirai
Meranti
Meranti
Dominan
Kodominan
kodominan
101,91
23,88
26,75

31
32
33
IX
Meranti
Bengkirai
Bengkirai
Kodominan
Kodominan
Kodominan
21,00
29,29
42,99

27
28
29
39
31
X
Bengkirai
Bengkirai
Meranti
Meranti
Malaban
Kodominan
Kodominan
Kodominan
Kodominan
Kodominan
21,00
22,29
30,25
21,35
42,99


b.   Tiang
No
Petak
Nama Pohon
Tajuk
Diameter
(Cm)
Tinggi
( M )
1
2
I
Bengkirai
Malaban
Kodominan
Dominan
12,00
14,00

3
4
5
II
Malaban
Bengkirai
Meranti
Kodominan
Kodominan
Intermediet
12,00
13,00
11,00

9
10
11
III
Bengkirai
Meranti
Petai hutan
Kodominan
Intermediet
Dominan
14,00
11,00
15,00

12
13
14
15
IV
Mentibu
Meranti
Bengkirai
Malaban
Dominan
Kodominan
Dominan
Kodominan
16,00
14,00
18,00
14,00

16
V
Malaban
Dominan
16,00

17
18
VI
Bengkirai
Malaban
Kodominan
Dominan
18,01
15,00

19
20
21
VII
Meranti
Bengkirai
Malaban
Dominan
Intermidiet
Kodominan
12,00
11,01
11,00

22
23
24
VIII
Bengkirai
Meranti
Meranti
Intermediet
Dominan
kodominan
12,00
16,00
14,00

25
26
27
IX
Meranti
Bengkirai
Bengkirai
Kodominan
Dominan
   Kodominan
15,00
17,00
12,00

22
X
Bengkirai
Malaban
Meranti
   Kodominan
   Kodominan
   Kodominan
13,00
14,00
12,00





            c.   Pancang
No
Petak
Jenis Pohon
Tajuk
1
2
3
I
Bengkirai
Malaban
Meranti
Intermediet
Intermediet
Intermediet
4
5
6
7
II
Malaban
Meranti
Bengkirai
Meranti
Intermediet
Intermediet
Intermediet
Intermediet
8
9
III
Malaban
Meranti
Intermediet
Intermediet
10
11
IV
Mentibu
Malaban
Intermediet
Intermediet
12
13
14
15
16
V
Malaban
Meranti
Bengkirai
Meranti
Meranti
Intermediet
Intermediet
Intermediet
Intermediet
Intermediet
17
18
19
VI
Meranti
Meranti
Meranti
Intermediet
Intermediet
Intermediet
20
21
VII
Malaban
Malaban
Intermediet
Intermidiet
22
23
24
25
26
27
VIII
Malaban
Meranti
Bengkirai
Meranti
Meranti
Meranti
Intermediet
Intermediet
Intermediet
Intermediet
Intermediet
Intermediet
27
IX
Kayu Malam
Intermediet
28
29
X
Meranti
Meranti
Intermediet
Intermediet
           
d.         Semai
No
Petak
Jenis Pohon
Tajuk
1
2
3
I
Bengkirai
Malaban
Meranti
Tertekan
Tertekan
Tertekan
4
5
6
II
Bengkirai
Meranti
Meranti
Tertekan
Tertekan
Tertekan
7
8
9
III
Bengkirai
Malaban
Meranti
Tertekan
Tertekan
Tertekan
10
11
12
IV
Meranti
Meranti
Meranti
Tertekan
Tertekan
Tertekan
13
14
15
16
V
Malaban
Meranti
Bengkirai
Meranti
Meranti
Tertekan
Tertekan
Tertekan
Tertekan
Tertekan
17
18
19
VI
Bengkirai
Meranti
Meranti
Tertekan
Tertekan
Tertekan
20
21
VII
Bengkirai
Meranti
Tertekan
Tertekan
22
23
24
VIII
Malaban
Bengkirai
Mentibu
Tertekan
Tertekan
Tertekan
25
26
IX
Bengkirai
Mentibu
Tertekan
Tertekan
27
28
X
Malaban
Bengkirai
Tertekan
Tertekan



3.   Tingkat Toleransi Pohon
No
Jenis Pohon
Sifat Toleransi
Ciri-cirinya
1
Meranti
Semitoleran
·               Kerapatan tajuk tebal, lebat dan tinggi
·               Kerapatan batang tinggi
·               Pemangkasan cabang alami lambat
·               Jumlah percabangan banyak
2
Bengkirai
Semitoleran
·               Kerapatan tajuk tebal, lebat dan tinggi
·               Kerapatan batang tinggi
·               Pemangkasan cabang alami lambat
·               Jumlah percabangan banyak
3
Malaban  
Semitoleran
·               Kerapatan tajuk tebal, lebat dan tinggi
·               Kerapatan batang tinggi
·               Pemangkasan cabang alami lambat
·               Jumlah percabangan banyak
4
Mentibu
Semitoleran
·               Kerapatan tajuk mempunyai daun yang relatif tipis, tajuk dan knopi yang terbuka
·               Kerapatan batang lebih rendah
·               Pemangkasan cabang alami lebih cepat
·               Jumlah percabangan jarang
5
Petai hutan
Semitoleran
·               Kerapatan tajuk tebal, lebat dan tinggi
·               Kerapatan batang tinggi
·               Pemangkasan cabang alami lambat
·               Jumlah percabangan sedikit
6
Kayu Malam
Semitoleran
·               Kerapatan tajuk tebal, lebat dan tinggi
·               Kerapatan batang tinggi
·               Pemangkasan cabang alami lambat
·               Jumlah percabangan banyak

B.  PEMBAHASAN
1.      Pengenalan Tegakan Hutan
a.       Asal Tegakan
Dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa hutan tersebut merupakan hutan yang berasal dari biji. Sehingga hutan tersebut bisa dikatakan hutan tinggi 
b.      Umur Tegakan
Merupakan hutan muda, karena didominasi oleh tanaman permudaan yaitu; semai, tiang dan pancang yang muncul setelah adanya pembebasan atau penebangan (pembakalan) dan berada dalam beragam fase pertumbuhan.
c.       Komposisi
Merupakan hutan campuran. Tidak ada jenis dominan. Keuntungan biologis hutan campuran :
Lebih sehat karena tidak mudah terserang agen-agen perusak seperti; serangga, hama, jamur, dan lain-lain
1.      Ruang tajuk dapat dimanfaatkan lebih baik, terutama dari jenis-jenis toleran dan intoleran.
2.      Siklus haranya lebih cepat karena kondisi serasah yang merupakan campuran dari jenis-jenis daun
3.      Kondisi iklim mikro berfluktuasi lebih rendah
d.      Campur tangan manusia
Banyaknya permudaan tingkat semai yang berasal dai biji serta ada yang berasal dari trubusan memberikan pengertian bahwa hutan ini merupakan hutan alam. Karena regenerasinya tanpa campur tanggan manusia.
2.   Struktur Hutan
Strukur tegkan hutan di lokasi praktikum menunjukan kelas sebaran umur pertumbuhan pada tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon. Distibusi kelas umur dilihat dari tabel pengamatan, seluruh jenis pada setiap kelas umur dengan rataan diameter. Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa tegakan alam hasil prktikum termaksud dalam Tegakan Tidak Seumur (Baker, 1950).
      Ciri-ciri tegakan tidak seumur :
1.      Kondisi tajuk tidak teratur dengan ditunjang oleh bentuk batang yang kuat.
2.      Resiko bahaya angin sedikit atau kecil
3.      Kondisi tempat tumbuh stabil, akan tetapi kehadiran vegetasi yang tidak diinginkan sulit dikontrol.
4.      Pohon kecil merupakan pohon penghasil kayu dikemudian hari. Pohon-pohon ini sangat merespon terhadap pembebasan
5.      Regenerasi terjadi waktunya menyebar pada seluruh umur rotasi pada pohon-pohon yang terdapat di dalam tegakan.




BAB IV
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
1.   Tipe Hutan
b)      Asal tegakan termaksud hutan tinggi
c)      Umur tegakan termaksud hutan muda
d)     Komposisi tegakan termaksud hutan campuran
e)      Campur tangan manusia termaksud hutan alam
2.   Struktur Tegakan Hutan, Struktur tegakan termasuk hutan tidak seumur terdapat tingkat semai, pancang, tiang dan pohon.
  1. Klasifikasi Pohon
a)      Jenis pohon dominan yang terdapat pada kawasan praktek lapangan jumlahnya 14
b)      Jenis pohon kodominan jumlahnya 36
c)      Jenis pohon intermediet jumlahnya 37
d)     Jenis pohon tertekan jumlahnya  30
  1. Toleransi Pohon
a)      Terdapat 6 spesies pohon semitoleran, yaitu; shorea.sp, bengkirai, keladan, bonet, mentibu, petai hutan.
B.     SARAN
1.      Sebelum kelapangan dalam kelompok harus mempersiapkan atau membagi tugas pada masing-masing anggota.
2.      Pemandu praktikum harus orang yang benar-benar mengetahui tentang areal praktek dan dapat mengarahkan sesuai dengan tugasnya yang memandu kelompok praktikum.
3.      usahakan kekompakan dari para anggota praktikum.
4.      Kalau bisa tahun depan pratikumnya jangan gabung dengan SC soalnya tahun ini berantakan.
5.      Usahakan tahun depan praktikumnya jangan sampai seperti tahun ini yang tidak nyaman suasannya.
Glosarium : x pohon yang tidak di ketahui jenisnya,
x1,x2,x3...... juga pohon yang tidak diketahui jenisnya namun berbeda jenis.
DAFTAR PUSTAKA
Astiani, Dwi. Hanna Artuti Ekamawati. Togar Fernando ; 2000 ; Buku Ajaran Silvika ; Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura ; Pontianak.
S. Baker, Frederick ; 1995 ; Prinsip – Prinsip Silvikultur  ; Edisi kedua ; Gaja Mada University Press ; Yokyakarta.


















GAMBAR





  Tingkat Semai : Petai Hutan                              Tingkat Pancang : X
 







   Tingkat Semai : X                                              Tingkat Semai : X
 







    Tingkat Semai : X                                              Tingkat Pancang : X


 

                                                                                                    Tingkat Tiang : Meranti










 



                                                                                                   Tingkat Tiang : Mentibu











                                                                                                   
                                                                                                     Tingkat Pohon : Malaban






 


                                                                                                     Tingkat Pohon : Meranti





 


                                                                                                     Tingkat Pohon : Kayu Malam








 

                                                                                                      Tingkat Pohon : Mentibu
 








                                                                                                      Tingkat Pohon : Bengkirai